this article was taken from the internet
Pada pendapat saya, sikap yang paling penting sekali buat masa ini adalah MENJAGA LIDAH. Dari lidah terbit segala-galanya. Kemanisan dan kepahitan. Kita tidak mempertikaikan andainya yang terbit itu adalah kemanisan. Tetapi kita mempertikaikan andainya yang terbit itu adalah kepahitan. DAN KEPAHITAN ADAKALANYA MENGAMBIL TEMPOH YANG LAMA UNTUK DIMANISKAN SEPERTI SEDIA KALA.
Sikap inilah yang amat penting (MENJAGA LIDAH)khususnya para pendakwah yang berada dalam arena politik tanah air. Untuk makluman kita semua, setiap orang Islam adalah pendakwah!!! Pengalaman saya melihat dan anda semua melihat sendiri dengan mata zahir dan batin bahawa di arena politik, beberapa PERADABAN yang dianjurkan oleh Islam seolah-olah terlepas kebelakang. Masing-masing ingin menegakkan kebenaran 'pasukan' sendiri hinggalah terlupa peradaban Islam. BURUK SANGKA, MENGUMPAT, MERENDAH- RENDAHKAN SESEORANG, MEMFITNAH DAN LAIN-LAIN SIFAT MAZMUMAH BERLELUASA DALAM ARENA POLITIK. Sedar atau tidak ahli keluarga, sanak saudara, kawan-kawan,teman rapat dan sebagainya yang kita amat kenali telah melakukan perbuatan yang menyalahi peradaban yang dianjurkan Islam. Tetapi, apakah peranan sebenar kita menangani/mengambil berat masalah umat ini?
Saudara kita Rizal telah menyebut:
"Tanggungjawab minimum untuk tidak mencederakan saudara kita dengan tangan dan lidah bukan hanya untuk saudara semazhab, sealiran, sekumpulan dengan kita tetapi adalah untuk semua yang tergolong di dalam keluarga besar umat Islam."
Benarlah kata-kata saudara Rizal di atas. Yang haram tetap haram. Kalau mengumpat, mencaci, menghina, memfitnah itu dikatakan boleh/harus dalam arena politik maksudnya sesiapa yang terlibat(berkata tersebut) masih tidak memahami Agama Islam yang sebenar! Atau sudah faham tapi buat tidak tahu!!! Atau memandai-mandai mengatakan dia tahu hukum-hakam itu ini!!! Ini adalah salah satu masalah yang amat besar dalam masyarakat kita sekarang. Iaitu apabila yang tidak tahu hukum hakam dengan rasa bongkak dan sombong berani melanggar peradaban Islam yang suci lagi murni... Allah menyuruh kita bertanya kepada yang arif/alim/ilmuwan dan lain-lain istilah sekiranya kita tidak tahu akan sesuatu perkara. Adakah bertanya kepada seseorang itu melambangkan kita ini bodoh? Orang yang bodoh adalah orang yang mengaku dia sudah pandai!!! Bertanya adalah salah satu cabang ilmu. Mengatakan tidak tahu itu juga adalah salah satu cabang ilmu. Oleh itu jangan memandai-mandai mengatakan kita tahu itu ini sedangkan HATI kita mengetahui akan hakikat kelemahan dan kekurangan diri.
Semua umat Islam MESTI ingat bahawa Allah yang mengawal kita. Allah adalah tuan kita dan kita adalah hamba kepadanya. Jangan kita memandai-mandai naik kepala TUAN! Jangat ingat bahawa apa yang kita buat, tiada yang salah. Terpelihara segala-galanya.
Di sini dilampirkan sebuah cerita berkaitan tentang 'menjaga lidah'. Pada satu ketika, ada sekumpulan pendakwah Ikhwan Muslimun sedang berbual-bual. Tiba-tiba salah seorang dari mereka menyebut sesuatu yang memburukkan sahabat mereka. Maka seorang rakannya berkata: "wahai sahabatku, pernahkah engkau berperang di
Dan Imam Malik Rahimahullah telah berkata mafhumnya : "Manusia ini tidak ma'sum(tidak terpelihara dari buat kesalahan)kecuali para Rasul dan Nabi. Setiap percakapan/kalam manusia diambil dan ditinggalkan melainkan penghuni kubur ini(Nabi Muhammad s.a.w)" - ketika itu beliau(Imam Malik) sedang mengajar di dalam Masjid Nabawi, Madinah Al Munawwarah.
Akhir kata, marilah sama-sama kita berusaha memperbaiki kelemahan dan kekurangan masyarakat yang bermacam-macam tabiat ini. Memperbaiki dengan "berhikmah" dan bukan dengan "bermegah" !!!!!
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita menemukan orang yang panas dan tidak tenang hatinya ketika melihat saudaranya, temannya, tetangganya atau orang lain memperoleh suatu kenikmatan dunia. Bahkan, kemudian berharap agar kenikmatan itu hilang atau hancur. Ia tidak senang dengan kebahagiaan orang lain. Dalam Islam, sifat tercela ini disebut dengan hasad (dengki). Imam Al chazali mendefinisikan hasad dengan “membenci suatu nikmat dan senang manakala nikmat itu hilang dan pemiliknya” (lhya’ ‘Ulumuddin 111/277).
Bahaya hasad
Begitu besar bahaya hasad, maka Allah swt dalam ayat di atas memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad saw untuk berlindung kepada Rabbul Falaq (Tuhan yang Menguasai Subuh) dan kejahatan hasad. ini juga isyarat bahwa Nabi saw dan siapapun yang menyeru kepada kebaikan (da’i) pasti ada yang memusuhinya dan pasti ada yang hasad (dengki). Sementara ketenangan, ketenteraman, keselamatan hanya dapat ditemukan ketika selalu berada dalam dekapan Rabbul Falaq, Allah swt. Maka, ayat tersebut diawali dengan, Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasal Subuh” (QS Al Falaq [113]: 1).
Karena itulah, berdasarkan ayat tersebut para ulama bersepakat bahwa hasad itu hukumnya haram. Di saat menafsirkan ayat di atas, Imam lbnul Qayyim —rahimahullah- mengatakan, “Renungkan pembatasan Allah swt terhadap pelaku hasad dengan firman-Nya “ldzaa Hasad” (apabila ia dengki). Sebab, boleh jadi seseorang memiliki rasa hasad (terhadap orang lain), tetapi ia sembunyikan sehingga tidak berdampak negatif secara langsung terhadap orang tersebut.
Hasan Al Bashri pernah ditanya, “Apakah seorang mukmin itu juga hasad? Beliau menjawab, Apa engkau lupa apa yang terjadi pada saudara-saudara nabi
Artinya, penyakit ini bisa jadi menimpa seorang mukmin disaat imannya turun dan lemah Juga didasari oleh larangan Rasulullah, “Jangan kalian saling membenci, saling hasad dan salirg membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara” (HR Bukhari VIll/33). Bahkan, saking bahayanya, hasad dapat mer— berangus dan menghapus pahala semua kebaikakebaikan seseorang yang telah dibangunnya sekian lama.
Berarti shalat kita, puasa kita, sedekah kita, kerja dakwah kita, kebaikan kita terhadap anak, istri da keluarga kita dan kebaikan-kebaikan lainnya yang tela kita dirikan dalam kurun waktu yang sama, bisa hancur dalam waktu sekejap hanya dengan hasad!
Rasulullah telah menegaskan hal itu denga sabdanya, “Waspadalah kalian terhadap hasad. Sebab hasad itu memakan semua kebaikan sebagaimana api yang membakar kayu bakar” (HR Abu Dawud no. 425
Sebab-sebab hasad
Ada banyak faktor yang meyebabkan seseorang jatuh ke dalam hasad, di antaranya:
1. Kelapangan dunia dan berlomba-lomba mengejar dunia
Ketika dunia dilapangkan dan dimudahkan manusia, sementara mereka mengabaikan rambu-rambu syariat dalam berinteraksi dengan dunia, maka dengamudahnya mereka terjerumus dalam pertarungan perebutan dunia yang menggiringnyä kepada sifat hasad.
lnilah yang disindir oleh Rasulullah di hadapara sahabatnya, “Jika dibukakan atas kalian baras-
2. Melihat nikmat pada orang lain dan lupa kepeda Yang Memberi Nikmat Terkadang ketika seseorang melihat nikmat pada orang lain yang melimpah, sementara dia sendiri kekurangan dan tidak memilikinya, ia pun lupa kepada Yang Memberi Nikmat, Allah swt. Ia lupa bahwa Allah membagi kenikmatan-kenikmatan kepada para hambaNya dengan amat bijak. Ia lupa bahwa perbedaan kaya dan miskin sama sekali tidaklah berarti kecuali dengan takwa. Jika seseorang lupa semua mi, maka hal mi membuka jalan bagi syetan untuk menggodanya. Kenapa hanya dia yang dapat nikmat itu, kenapa saya tidak padahal secara skill saya lebih berhak, saya lebih senior dan lebih berpengalaman?
Begitulah syetan memprovokasinya dengan beragam pertanyaan menyesatkan dan menyesakkan hati. Rasulullah mengingatkan, “.. ada dua hal yang tidak akan berkumpul/bertemu di hati seorang hamba; iman dan hasad” (HR An Nasaa’l no. 4317-4320).
Artinya, bahwa iman kepada Allah, Yang Memberi Nikmat tidak akan bisa bertemu dengan hasad selamaIamanya. Karena itu, seorang mukmin sejati tidak akan pernah hasad.
3. Takabbur
Seperti Iblis yang takabbur dan sombong, dengan mengklaim bahwa ia lebih baik dan mulia dan Adam dengan dalih bahwa ia diciptakan Allah dan api sementara Adam diciptakan dan tanah (Lihat QS Shaad:
71-76). Dan inilah hasad pertama yang terjadi di langit. Sedangkan hasad pertama yang terjadi di bumi adalah nasadnya Qabil terhadap Habil hingga membunuhnya sebagaimana diceritakan oleh Al Qur’an,
“Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra 4dam (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dan salah seorang dan mereka berdua (Habil) dan tidak jika terima dan yang lain (Kabil. Ia berkata (Kabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dan orang-orang yang bertakwa” (QS Al Maaidah [5]: 27).
4. Pembedaan perlakuan Seperti ketika orangtua berbeda dan pilih kasih dalam memperlakukan anak-anaknya. Atau perbedaan perlakuan atasan terhadap bawahannya. Hal ini telah terjadi pada saudara-saudara Nabi Yusuf as.
Terapi hasad
1.Memohon perlindungan kepada Allah swt seperti perintah Allah terhadap Rasul-Nya dalam ayat di atas. Kanenanya,
2.Takwa dan sabar, sebagaimana firman Allah, “Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu” (QS Ali Imnan [3]: 120).
3.Taubat. Allah berfirman, “.. dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (‘Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampal kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyal keutamaan (balasan) keutamaanya..” (QS Huud [11]: 3). Demikian pula yang tercantum pada QS An Nuur [24]: 31.
4.Berbuat baik kepada orang yang hasad, seperti firman Allah, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyal keberuntungan yang besan” (QS Fushshilat [41]: 34-35). Lihatjuga QS Al Qashash [28]: 54.
5.Mengobati dengan ruqyah syar’iyah, seperti saat Jibril meruqyah Rasulullah dalam hadits diriwayatkan oleh Aisyah ra (HR Muslim no. 2185). Terkadang beliau saw meruqyah dirinya sendini, juga pernah meminta sahabatnya, Jabir RA meruqyah beliau (lihat hadits-haditsnya dalam Tafsir lbnu Katsir V/276-278).
6.Tawakkal (berserah diri) kepada Allah swt setelah semua ikhtiar dan usaha dilakukan. “Dan barang siapa yang bentawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (kepenluan) nya. “(QS Ath Thalaaq [65]: 3).
u can find this article in here : www.muslimbusana.com
Aku sedar aku juga manusia biasa yang xboleh lari dari melakukan kesilapan...Alhamdulillah, ALLAH telah bagi aku petunjuk agar aku pon tidak menjadi sebahagian daripada mereka..Pada semua, aku memohon maaf di atas segala keterlanjuran kata / perbuatanku & aku maafkan semua orang yang pernah mengata / mengutuk aku di depan / belakang aku..Moga ALLAH tunjukkan jalan yang terbaik buat mereka..
Tiada ulasan:
Catat Ulasan